8 Juni 2012

Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi di Sumbawa



Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terus menerus mengalami perkembangan, sehingga sejalan dengan hal tersebut, terjadi peningkatan tuntutan terhadap peran dan fungsi rumah sakit. Di pihak lain, pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh rumah sakit, bisa menjadi tak terbatas, dan tentu saja hal ini harus dapat dikendalikan. Sebagian negara mengendalikan permasalahan ini dengan membiarkan terjadinya perasingan bebas diantara rumah sakit yang ada. Namun ternyata hal ini malah mengakibatkan pelayanan yang buruk dan distribusi pelayanan
kesehatan yang tidak merata. Sebagian lainnya memanfaatkan pengawasan birokratis untuk mengendalikan pelayanan yang berlebihan. Yang terjadi justru pengawasan birokratis yang kaku dan menimbulkan hambatan manajemen profesional.

Lalu bagaimanakah sebenarnya gambaran rumah sakit ideal di masa depan ?
Dalam menyusun suatu idealisme mengenai bagaimana gambaran rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis, banyak sekali aspek yang harus dipertimbangkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan rumah sakit tidaklah sederhana.

Pada dasarnya, rumah sakit merupakan industri kedokteran yang padat modal, padat- teknologi, dan padat karya. Hal ini sebenarnya merupakan suatu keunggulan tersendiri yang dimiliki ole rumah sakit. Dalam menghadapi tantangan saat ini yaitu globalisasi, seyogyanya keunggulan-keunggulan yang dimiliki rumah sakit ini dapat memberikan sesuatu yang kreatif dan inovatif, sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dalam upaya memberikan pelayanan terbaik pada pasien, pengunjung rumah sakit lainnya maupun masyarakat luas.

Dalam tataran ideal, ada 3 hal utama yang perlu untuk diperhatikan dalam upaya membentuk sosok rumah sakit yang ideal.

Yang pertama adalah masalah pembiayaan. Isu mengenai pembiayaan rumah sakit ini merupakan isu dominan dalam dunia perumah sakitan dan dunia kesehatan. Sementara rumah sakit dihadapkan pada biaya yang terus menerus meningkat. Rumah sakit juga dihadapkan pada kepentingan pemerintah dan masyarakat yang menghendaki biaya rumah sakit yang wajar, syukur-syukur dapat murah, namun rumah sakit sampai detik ini masih diharuskan menjadi institusi sosial. Padahal pada kenyataannya rumah sakit adalah satu dari sekian banyak bentuk industri yang juga membutuhkan perhitungan keuntungan. Demi mengatasi masalah pembiayaan ini, berbagai sistem telah diberlakukan. Namun efektifitasnya masih belum begitu bisa dirasakan. Terutama di indonesia yang sebagian besar dari sistem yang ada merupakan sistem adopsi negara lain.

Yang kedua adalah masalah orientasi pelayanan. Perubahan paradigma pelayanan kesehatan pada umumnya-termasuk rumah sakit-dari paradigma sakit ke paradigma sehat, artinya rumah sakit perlu menyadari bahwa tugas utamanya adalah menyehatkan pasien dan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Seyogyanya rumah sakit membuat jaringan (network) dengan fasilitas kesehatan yang lain. Jaringan ini harus meliputi kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara lengkap, bukan hanya pemanfaatan sarana rumah sakit untuk kuratif saja. Jaringan yang tertata dengan baik akanmembuat sistem rujukan berjalan lancar, baik dari sarana kesehatan lain ke rumah sakit maupun sebaliknya.

Orientasi pelayanan kesehatan ini pun akhirnya akan lebih mengarah pada orientasi preventif dibandingkan kuratifnya. Orientasi ini salah satunya dilaksanakan pada konsep HMO (Health Maintenance Organization), dimana para pemberi pelayanan kesehatan memperoleh imbalan pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah jiwa, bukan berdasarkan atas frekuensi pelayanan yang diberikan serta mengubah pola tripartite menjadi bipartite dalam bidang pelayanan kesehatan. Ternyata sistemini mampu menekan biaya pelayanan kesehatan dan meningkatkan efektifitas penggunaan rumah sakit,

Yang ketiga adalah masalah penggunaan teknologi yang tepat guna. Pada dasarnya sah-sah saja setiap rumah sakit menggunakan teknologi yang canggih. Namun pengunaan teknologi yang canggih ini dalam industri perumah sakitan juga perlu untuk di tertibkan. Teknologi yang sedemikian maju, tidak hanya menyebabkan tingginya biaya yang diemban, namun sebagian malah berlebihan. Jika hal ini tidak dicegah, maka pelayanan kesehatan akan lebih banyak ditentukan oleh teknologi.

penulis : Sanny bergoyang..., Staf Manajemen Pelayanan Medis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar